Astronom Muslim Sempurnakan Astrolabe
Astrolabe. Kredit: astrolabe.org |
Awal kemunculan astrolabe memang bukan berasal dari dunia Islam, namun
diperkirakan dari Yunani Kuno. Meski tak ada sisa astrolabe di masa Yunani yang
tersisa, keberadaan astrolabe ini diketahui melalui tulisan astronom
Hipparachus pada tahun 150 SM.
Hipparachus mengungkapkan, penemuannya mengenai proyeksi stereografik,
sebuah perangkat matematis yang menggambar langit tiga dimensi ke dalam
lempengan dua dimensi, merupakan basis bagaimana astrolabe bekerja.
Namun, pada akhirnya, para sejarawan menyimpulkan, astrolabe mengalami
penyempurnaan di dunia Islam. Menurut mereka, istilah astrolabe berasal dari
istilah Arab yang dalam bahasa Yunani memiliki arti pemegang bintang.
Astrolabe yang masih bertahan hingga saat ini adalah astrolabe koleksi
pribadi yang disimpan di Museum Nasional Kuwait. Astrolabe ini juga telah
berkeliling dunia melalui pameran keliling 'Islamic Art and Patronage,
Treasures from Kuwait' sejak Perang Teluk 1991.
Astrolabe itu adalah buatan Irak dan ditandatangani Nastalus serta
berangka tahun 927 M. Struktur astrolabe terdiri atas empat bagian utama.
Pertama, mater, yang sering disebut piring atau lempeng dasar. Sedangkan,
bagian kedua adalah rete.
Rete atau jaringan atas seperti piring yang menunjukkan bintang-bintang
yang telah jelas terlihat, ekliptika (konstelasi zodiak dan bagian langit di
mana matahari beredar), dan beberapa bintang yang bisa dilihat dengan mata
telanjang.
Ketiga adalah plate yang masing-masing dibuat untuk lintang yang berbeda.
Setiap plate diukir pada kotaknya untuk menandai puncak atau titik tepat di
atas kepala, cakrawala, dan semua ketinggian di permukaan bumi.
Bagian keempat adalah alidade atau ukuran pandangan untuk melakukan
pengamatan dan membaca skala. Rete dan plate dirancang agar sesuai dengan
mater. Selain itu, ada pula cara tertentu untuk melakukan pengamatan dengan
astrolabe.
Seseorang yang akan melakukan pengamatan dengan menggunakan astrolabe
harus memegang cincin yang ada di bagian atas astrolabe. Langkah ini bertujuan
agar astrolabe tergantung lurus. Instrumen ini bisa untuk mengamati matahari,
bintang, ataupun ketinggian sebuah bangunan.
Astrolabe juga berguna untuk menentukan waktu matahari terbit atau
terbenam. Selain itu, banyak astrolabe memiliki tabel yang terukir di bagian
belakangnya. Tabel ini menampilkan informasi astrologi yang berguna dalam
penentuan horoskop.
Dalam astrolabe, kadang-kadang juga terdapat informasi mengenai apa yang
disebut lunar mansions, sebuah fitur pemikiran astrologi dari India yang
membagi zodiak menjadi 28 bagian. Masing-masing zodiak mengacu pada posisi
bulan untuk hari tertentu.
source: republika
No comments