Breaking News

IEDUL FITRI: 1 SYAWAL 1438 H ANTARA VISIBILITAS HILAL ILMIAH Vs VISIBILITAS HILAL DARURAT MABIMS




Pendahuluan

Penentuan awal bulan dengan metode Hisab menggunakan kreteria Visiblitas hilal (keterlihatan hilal) atau yang sering disebut Imkan Rukyat atau Haddu Rukyat sudah lama dilakukan. Seperti, Babilonia, Mesir Kuno, Aztek, Yunani, China pada sebelum masehi. Kemudian tahun 500 M dikembangkan oleh India (Hindu). Tahun 767-778 M dikembangkan lagi oleh Ya’qub ibnu Thariq, lalu dilanjutkan sampai abad ke 15 oleh Astronomer Islam seperti Habasah, al-Khawarizmi, Musa ibnu Maimun, al-Batani, al-Farghani, Tsabit bin Qura, Abdurrahman as-Sufi, Nashiruddin at-Tusi, al-Biruni, Giyats al-Kashami dll.

Kemunduran Islam dari abad 15-20, mengakibatkan perkembangan ilmu Astronomi mengalami stagnasi. Baru pada abad 20 ilmu Astronomi dihidupkan kembali oleh para astronomer non-Muslim, seperti Fotheringham, Maunder, Bruin, Schaefer dan Yallop, serta para Astronomer Muslim seperti Khaleed Shaukat, DR. M. Ilyas, Odeh dll[1].

Banyak rumusan yang dilakukan para astronom muslim atau non-Muslim dalam penetuan awal bulan Qamariyah dengan menggunakan kreteria Hisab Visibilitas Hilal (Imkan Rukyat/Ketampakan Hilal). Rumusan-rumusan ketampakan hilal ini dihasilkan dari pengamatan (observasi) yang cukup lama. Sebut saja schmidit di Athena, untuk menghasilkan kreteria visibilitas hilal, dia melakukan observasi selama lebih dari 20 tahun dan menghasilkan sekitar 252 data observasi. Data tersebut kemudian dianalisa oleh Fotheringham dan dihasilan kreteria Visbilitas yang disebut kreteria Fotheringham. Sementara Yallop untuk membangun kreteria visibilitas hilal, menggunakan 295 data observasi yang dilakuan selama 137 tahun (1859-1996). Atau Odeh yang menggunakan 737 data pengamatan dari seluruh dunia hingga menghasilan kreteria ketampakan hilal yang disebut dengan Kreteria odeh.

Kreteria Ilmiah Visibilitas  Hilal (Imkan Rukyat/Ketampakan Hilal) yang dikenal di dunia antara lain yang disebut di atas: Yallop, Fotheringham, Odeh, ada juga SAAO, Maunder, Indian, Bruin, LAPAN, dan RHI.

Dalam tulisan ini, akan coba membandingkan Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah di atas dengan Kreteria Visibilitas Hilal Darurat MABIMS yang digunakan oleh Pemerintah dan di ikuti oleh sebagian ormas islam terutama untuk Sabtu, Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/24 Juni 2017. Sebelumnya, kenapa Kreteria MABIMS disebut kreteria Darurat?. Kreteria MABIMS kami sebut sebagai kreteria Darurat, mengutip bahasa pak Makrufin Sudibyo dalam Silatnas RHI (Rukyat Hilal Indonesia) 2012 yang mengatakan bahwa Kreteria MABIMS merupakan Kreteria Darurat.  Pernyataan beliau dapat dipahami. Sebab bila merujuk pada  keputusan Musyawarah Ulama Ahli Hisab dan Ormas Islam tentang Kreteria Imkan Rukyat di Indonesia (nantinya dikenal dengan Kreteria Imkan Rukyat MABIMS) di Cisarua-Bogor pada tanggal 24-26 Maret 1998 di Hotel USSU memang pada point ke 4 & 5 mengisyaratkan apa yang dinyatakan oleh pak Ma’rufin. Berikut petikan keputusan itu:

Setelah mendengar:

  1. Pengarahan Bapak Menteri Agama pada upacara pembukaan 
  2. Laporan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
  3. Prasaran-prasaran yang disampaikan oleh Drs. H. Abd. Rachiem. Prof. KH. Ibrahim Hosen. Drs. Taufiq S.H. Ir. H.A. Basith Wahid. Dr.Moedji Raharto, Drs. Muhyiddin dan Drs. H. Wahyu Widiana, M.A 
  4. Prasaran tambahan yang disampaikan oleh K.H. Noor Ahmad SS dan K.H. A. Ghozaly.
MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Poin 4: Had/batas minimal ketinggian yang dijadikan pedoman imkanurrukyah dan diterima oleh ahli hisab falaki Syar’I di Indonesia serta negara-negara MABIMS adalah dua derajat dan Umur bulan minimal delapan jam dari saat ijtimak perlu dikembangkan dengan penelitian-penelitian yang sistematis dan ilmiah.

Poin 5: Penentuan kreteria Imkanurrukyah seperti yang disepakati oleh MABIMS, sebelum diperoleh hasil yang meyakinkan dari penelitian, bisa dijadikan pedoman bagi departemen agama dalam mempertimbangkan penentuan awal bulan qamariyah dimaksud pada butir 2 berdasarkan hal tersebut bila ada laporan rukyat hilal dalam ketinggian kurang dari dua derajat, laporan tersebut dapat ditolak, demi memelihara kemaslahatan umum[2].

Hal ini pun diperkuat oleh Mahasena dari Boscha juga Hendro Setianto dari Lajnah Falakiyah NU dalam FGD (Forum Group Discusion) yang mengatakan bahwa belum pernah mendapati hilal dalam Kreteria MABIMS (2-3-8). Juga Observasi yang dilakukan oleh Team Mathla Astro Club, selama 48 kali Observasi dalam rentang 3 tahun, tidak pernah melihat hilal pada kreteria MABIMS. Apalagi kalau di bandingkan dengan kreteria Visibilitas Ilmiah di atas, seperti Yallop 137 tahun Fotheringhem 20 tahun atau odeh dri 737 observasi yang semuanya membuktikan dan menyatakan bahwa Hilal tidak pernah terlihat dalam kreteria MABIMS.

Selain menyebut sebagai kreteria Daruat,  Makrufin sudibyo juga mengatakan bahwa, dasar Kreteria MABIMS  ini adalah  laporan terlihatnya hilal pada Jumat 29 Juni 1984 untuk penentuan Idul Fitri 1404 H dari Jakarta, Pelabuhan Ratu dan Pare-Pare. Kemungkinan besar hal ini adalah kasus hilal palsu (salah identifikasi), atau salah lihat sebab di dekat posisi Bulan saat itu ada Merkurius dan Venus.



1 SYAWAL 1438 H : ANTARA VISIBILITAS HILAL ILMIAH Vs VISIBILITAS HILAL DARURAT MABIMS

Sekarang mari kita bandingkan Ketetapan Syawal 1438 H menurut Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiah berdasar data observasi ratusan tahun dengan kreteria Darurat MABIMS. Apakah pada Sabtu, Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal sudah bisa terlihat (Visible) atau Tidak bisa dilihat (not Visible)?.

   A.     Menurut Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah[3]

  1. Odeh (2006)

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah Odeh dapat dituliskan dalam persamaan berikut:


Dengan ARCV adalah beda altitude (Tinggi) bulan dan matahari dan W adalah ketebalan hilal dalam menit busur dilihat secara toposentris. Zona-zona visibilitas pada kreteria Odeh adalah :

Zona A (V = > 5.65)                :  hilal dapat dilihat dengan mata telanjang,

Zona B (2 < V< 5.65)              : hilal dapat dilihat dengan bantuan alat optik, dan
                                                      masih mungkin untuk dapat terlihat dengan mata telanjang,
Zona C (-0.96 < V<2)              : hilal hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optik saja

Zona D (V < -0.96 )                : hilal tidak terlihat walaupun dengan bantuan alat Optik

Bila Kreteria Odeh ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:
Peta Visibilitas Hilal Odeh, 29 Ramadhan 1438 H

Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) Odeh di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah (Zona D), berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari. 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017      
           

       2. Yallop (1997)

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah Yallop dapat dituliskan dalam persamaan berikut:


dengan W’ adalah ketebalan hilal secara toposentris  yang dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Ï€          : horizontal parallax hilal

h          : altitude (Ketinggian) geocentric hilal

ARCL   : Elongasi

Zona-zona visibilitas pada kreteria Yallop adalah :
  • Zona A (q > +0.216 )              : hilal mudah dilihat dengan mata, 
  • Zona B (+0.216 > q > -0.014) : dapat dilihat dengan mata pada kondisi cuaca yang  cerah,
  • Zona C (-0.014 > q > -0.160 ) : kemungkinan dibutuhkan bantuan alat optik untuk melihat hilal, 
  • Zona D (-0.160 > q > -0.232) : dibutuhkan bantuan alat optik untuk melihat hilal, Zona E (-0.232 > q > -0.293) : tidak dapat dilihat dengan alat optik, 
  • Zona F (-0.293 > q  )              : tidak mungkin terlihat karena di bawah limit Danjon. 
Bila Kreteria Yallop ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:



Peta Visibilitas Hilal Yallop, 29 Ramadhan 1438 H



Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) Yallop di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah (Zona F), berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari. 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017



      3. SAAO (South African Astronomical Observatory) 2001

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah SAAO dapat dituliskan dalam persamaan berikut:



  • Zona A: Jika altitude piringan bawah bulan lebih besar dari DALT2 maka hilal dapat dilihat dengan mata telanjang.
  • Zona B: Jika altitude piringan bawah bulan antara DALT1 dan DALT2 maka hilal kemungkina dapat dilihat dengan bantuan alat optik.
  • Zona C: Jika altitude piringan bawah bulan lebih kecil dari DALT1 , maka hilal tidak mungkin dapat dilihat.

Bila Kreteria SAAO ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:



Peta Visibilitas Hilal SAAO, 29 Ramadhan 1438 H


Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) SAAO di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah (Zona C), berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari.  1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017 
 
       4. Maunder (1911)

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah Maunder dapat dituliskan dalam persamaan berikut:



Bila Kreteria Maunder ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:

Peta Visibilitas Hilal Maunder, 29 Ramadhan 1438 H

Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) Maunder di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah, berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari. 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017


       5. Indian (1966)

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah Indian dapat dituliskan dalam persamaan berikut:


Bila Kreteria Indian ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:

Peta Visibilitas Hilal Indian, 29 Ramadhan 1438 H

Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) Indian di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah, berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari. 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017



       6. Bruin (1977)

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah Bruin dapat dituliskan dalam persamaan berikut:


Bila Kreteria Bruin ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:



Peta Visibilitas Hilal Bruin, 29 Ramadhan 1438 H


Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) Bruin di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah, berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari . 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017
 
     7. LAPAN 2011 (Digunakan oleh DHR PERSIS untuk membuat ALMANAK ISLAM)

Kreteria Lapan 2011 adalah sebagai berikut:

Beda Tinggi Bulan Matahari : >4° , Elongasi : >6.4°

Bila Kreteria LAPAN ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:

 
Peta Visibilitas Hilal LAPAN, 29 Ramadhan 1438 H



Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) LAPAN di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah, berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari. 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017 


       8. RHI (Rukyat Hilal Indonesia)

Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah RHI dapat dituliskan dalam persamaan berikut:


Bila Kreteria RHI ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:

Peta Visibilitas Hilal RHI, 29 Ramadhan 1438 H

Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) RHI di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna merah, berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal Tidak bisa dilihat (not Visible), bahkan dengan Teleskop sekalipun dan Harga teleskop Berapapun, apalagi dengan Mata telanjang =), Ramdhan 1438 di genapkan 30 hari, 1 Syawwal 1438 H = Senin 26 Juni 2017 

   B.     Kreteria Darurat MABIMS

Kreteria Visibilitas Hilal Darurat MABIMS adalah: Tinggi : 2°, dan atau Beda Azimut/DAz : 3° atau Umur bulan 8 Jam sejak Ijtimak

Bila Kreteria Darurat MABIMS ditampilkan dalam peta Visibilitas hilal untuk tanggal 29 Ramadhan 1438 maka seperti di bawah ini:



Peta Visibilitas Hilal Darurat MABIMS, 29 Ramadhan 1438 H


Berdasarkan peta visibilitas hilal dengan Kreteria Ketampakan Hilal (Imkan Rukyat) MABIMS di atas, Wilayah Indonesia berada pada warna hijau, berarti pada Malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/ 24 Juni 2017 Hilal bisa dilihat (Visible) menurut Kreteria MABIMS, Ramadhan 1438 H 29 hari. 1 Syawwal 1438 H = Ahad 25 Juni 2017



  Analisis:

Bila kita bandingkan semua Kreteria Visibilitas Hilal Ilmiyah (8 Kreteria di atas), semuanya sepakat, bahwa di Wilayah Indonesia pada malam Ahad, 29 Ramadhan 1438 H/24 Juni 2017, Hilal not Visible (tidak bisa dilihat). Sedang Kreteria MABIMS menyatakan Hila Visible (bisa dilihat). Hal ini dapat dipahami sebab:

1.       Di atas sudah dikatakan bahwa Kreteria MABIMS ini bukanlah kreteria Ilmiah Visibilitas Hilal/Imkan Rukyat. Ini merupakan kreteria Darurat saja, dan dibangun dengan data-data yang tidak jelas. Hingga tidak sesuai dengan kenyataan.

Sebab itu, pada pertemuan THR (Tim Hisab Rukyat) Pusat, KEMENAG terakhir kemarin, didiskusikan akan merubah kreteria MABIMS ini. Yang asalnya 2-3-8 menjadi Tinggi 3 derajat, Elongasi 6.5°. Sama dengan Kreteria LAPAN yang dipakai dalam penyusunan Almanak Islam oleh DHR PP.PERSIS.

2.       Sementara Kreteria Visbilitas Hilal Ilmiyah disusun dengan data pengamatan selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Dengan perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa secara ilmiyah, ketetapan 1 Syawal 1438 H = Senin, 26 Juni 2017 , lebih Rajih (kuat) dibandingkan ketetapan 1 Syawal 1438 H = Ahad, 25 Juni 2017.




Keputusan Pemerintah vs Fakta Rukyat di Lapangan

Sebenarnya, bagi yang membolehkan memakai Hisab Imkan Rukyat (Visibilitas hilal) seperti Persis, tidak usah menunggu sidang Itsbat. Sebab sesuai SK keputusan sudah bisa dilakukan dengan Hisab Imkan Rukyat (Keterlihatan Hilal) yang hasilnya tercantum dalam Almanak Islam, tidak dengan Rukyat. Sedangkan sidang itsbat di dasarkan pada laporan Rukyat. Sementara laporan Rukyat di Indonesia sekarang ini masih kurang berkualitas. Hal ini berdasarkan pantauan team Kami dilapangan, ada berbagai kejanggalan yang kami temukan[4]:

Klaim Rukyat “Aneh”

Di antaranya di POB. Cibeas, pelabuhan ratu. Contoh kasus Saat Rukyat hilal Awal syawal 1436 H. Rukyat hilal untuk awal Syawal 1436 H dilaksanakan di POB Cibeas Sukabumi bersama rekan-rekan perukyat dari Kemenag Kab. Sukabumi, BMKG, LDII, HTI, Masyarakat setempat dll.

Secara Hisab ketinggian bulan Mar’i saat matahari terbenam sekitar 3˚ 7’ 25”, Daz 4˚ 48’ 05, Umur Bulan 9:28:18. Kreteria MABIMS sudah terpenuhi.

Ketika Rukyat cuaca sangat mendung, bahkan rintik-rintik hujan. Jangankan Hilal yang tipis dan redup, matahari yang lumayan besar dan terang saja tidak terlihat. Ketika Maghrib cuaca tidak berubah. Para perukyat yang menggunakan teleskop tidak berhasil melihat hilal. Tapi ada 3 orang (tanpa alat) dibelakang yang berani mengaku melihat hilal dan berani di sumpah.

Kejadian seperti ini, tidak hanya terjadi di Pelabuhan ratu, berdasarkan laporan teman-teman para perukyat di tempat-tempat rukyat lainnya kejadiannya pun seringkali sama. Ada Klaim Rukyat aneh.
Posisi Bulan di Cibeas, 29 Ramadhan 1436 H



Pemasangan Alat Rukyat yang Keliru

Lain di Cibeas, Lain di Cakung. Ketika Rukyat Hilal Ramadhan 1435 H, team Mathla karena “Penasaran” dengan laporan bahwa rukyat di cakung selalu berhasil, berangkat ke Cakung.
Alat Rukyat Cakung dan Suasana Rukyat di Cakung

Ternyata, ditemukan praktek rukyat yang keliru. Selain Karena Rukyat nya hanya memakai patok kayu, ketika mengarahkan patok itu pun keliru. Patok yang di arahkan mereka kearah hilal ternyata melenceng sekitar 18˚.  Selain itu mereka berkeyakinan bahwa system hisab yang akurat adalah Sullamunnayirain. Padahal akurasi sulam munayirain di jaman ini sudah jauh tertinggal. 


Bertentangan dengan pengalaman Rukyat

Berdasarkan pengalaman Rukyat selama ini, hilal di ketinggian 2 derajat akan sangat sulit untuk bisa dilihat. Bahkan bisa dikatakan Mustahil. Sebab untuk bisa melihat hilal dengan ketinggian 12-15 derajat saja harus menunggu Best Time sekitar 12-25 menit (Sunset + 4/9 (Moon Lag Time))
Hila Rajab 1438 H, Credit: Mathla Astro Club

Misalkan hilal Rajab 1438 H. pada hari Ijtimak hilal dengan kreteria MABIMS tidak bisa di amati (Tinggi 3° 42’ 42,91’’ , Illuminasi 0,24%). Besoknya ketinggian hilal sekitar 16° 17’ 50,70’’dengan Iluminasi 2,63%. Ghurub matahari jam 18:02:48,007 WIB. Hilal pertama kali kasat teleskop 18:19 WIB. Hilal baru telihat kasat mata jam 18:30 WIB.

Yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa hilal dengan ketinggian 16˚ saat matahari terbenam saja perlu waktu sekitar 16 menit untuk bisa dilihat pakai teleskop. Serta membutuhkan 28 menit untuk bisa di amati dengan mata telanjang. Bagaimana mungkin hilal dengan ketinggian 2 derajat bisa terlihat. Lama hilal di atas ufuknya saja sekitar 8 menit. Padahal Hilal dengan ketinggian 16 derajat saja membutuhkan 28 menit.


Penutup

Berdasarkan pengalaman kami dilapangan, maka walaupun menurut berbagai kriteria visibilitas Hilal ilmiyah di atas, nanti saat Maghrib malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/24 Juni 2017 di Indonesia hilal Not visible (tidak bisa dilihat) hingga harusnya Idul Fitri jatuh pada Senin 26 Juni 2017, dipastikan nanti akan ada laporan-laporan yang mengaku-ngaku melihat hilal. Dan Laporannya di sahkan oleh Pemerintah. Hingga Pemerintah akan memutuskan Iedul Fitri Jatuh pada Ahad 25 Juni 2017 hanya bedasarkan pengakuan-pengakuan rukyat yang tidak berdasar saja. 
 
Ringkasan:


  1. Kriteria Imkan Rukyat adalah kriteria batas ketampakan hilal. Dalam bhs ingris disebut Visibilitas (Keterlihatan) bukan Possibility (kemungkinan). Hingga istilah lain untuk Imkan rukyat adalah Haddu Rukyat.
  2. Kriteria Imkan Rukyat / Visibilitas Hilal dihasilkan dari rukyat (Pengamatan / observasi) terhadap hilal yang dilakukan berpuluh tahun bahkan beratus tahun.
  3. Kriteria Imkan Rukyat / Visibilitas Hilal, digunakan dalam hisab sebagai kriteria untuk menetapkan awal bulan. Dengan demikian kriteria Imkan Rukyat bukan kriteria Rukyat, tapi kriteria Hisab.
  4. Berdasarkan Hisab dengan menggunakan 8 Kriteria Imkan Rukyat /Visibilitas Hilal Ilmiyah, Sabtu malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/24 Juni 2017, hilal not visible (Belum bisa dilihat). Hingga Ramadhan 1438 H digenapkan 30 hari.
  5.  walaupun menurut 8 kriteria visibilitas Hilal ilmiyah, nanti saat Maghrib malam Ahad 29 Ramadhan 1438 H/24 Juni 2017 di Indonesia hilal Not visible (tidak bisa dilihat) hingga harusnya Idul Fitri jatuh pada Senin 26 Juni 2017, dipastikan nanti akan ada laporan-laporan yang mengaku-ngaku melihat hilal. Dan Laporannya di sahkan oleh Pemerintah. Hingga Pemerintah akan memutuskan Iedul Fitri Jatuh pada Ahad 25 Juni 2017 hanya bedasarkan pengakuan-pengakuan rukyat yang tidak berdasar saja.
  6. Laporan-laporan Rukyat pada 29 Ramadhan 1438 H nanti tidak bisa dipertanggung jawabkan secara Ilmiyah, bahkan bertentangan dengan penelitian Ilmiyah. Laporan baru boleh dipercaya kalau benar2 melihat dengan melampirkan bukti Citra hilal.
  7. Kriteria MABIMS adalah kriteria DARURAT bukan kriteria ILMIAH.
 

Lampiran:
Data Posisi Bulan Saat Maghrib 29 Ramadhan 1438 H di POB Pelabuhan ratu lama



Data Beda Tinggi dan Elongasi Saat Maghrib 29 Ramadhan 1438 H di Seluruh Indonesia

Kinagara Regency,

 15 Ramadhan 1438 H/ 10 Juni 2017 TU

Abu Sabda




[1] Kriteria dan Metode Penentuan Awal Bulan Hijriyah berdasarkan Astronomi-Islam Masa kini, H. Suwandojo Siddiq, DE, Eng, hal.2-9.
[2] Jurnal Hisab Rukyat, Departemen Agama RI, Direktorat Pembinaan Badan Peradailan Agama, 1999/2000, hal. 79-80
[3] Dikutip dari Accurat Hijri Calculator 2.2.1, Abdurrauf, Universitas Brawijaya.
[4] Validasi Pengakuan melihat Hilal bagi kreteria MABIMS, Abu Sabda, Makalah FGD di Aula PP.Persis Mei 2017.

No comments