KAPAN IDUL ADHA 1440 H?
Karena banyak yang bertanya tentang kapan Idul Adha 1440
H, berikut kami sajikan analisis singkat Idul Adha di Arab Saudi dan Indonesia.
Secara umum ijtimak geocentris akhir Dzulqa'dah 1440
H/menjelang Dzulhijjah 1440 H, terjadi pada Kamis, 1 Agustus 2019 jam
10:11:42 WIB. Namun apakah hilal pada Maghrib Kamis malam Jumat 1 Agustus
2019 / 29 Dzulqa'dah 1440 H secara hisab sudah bisa dilihat (Visible/imkan
rukyat) atau belum?
Peta Visibilitas Hilal Awal Dzulhijjah 1440 H dengan Kriteria Astronomis Persis |
ARAB SAUDI
Bila kita cermati peta visibilitas hilal Dzulhijjah 1440
H (Gambar 1), pada 1 Agustus 2019/ 29 Dzulqa'dah 1440 H dengan menggunakan
kriteria Astronomis Persis (Beda tinggi 4°, Elongasi
6.4°), maka di Arab Saudi hilal sudah bisa dilihat
(visible/imkan rukyat). Lebih jauh peta
visibilitas hilal odeh (Gambar 2), memperlihatkan bahwa hilal bisa dilihat
namun dengan bantuan alat optik. Tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Hingga secara hisab, awal
Dzulhijjah 1440 H di Arab Saudi jatuh pada Jum'at 2 Agustus 2019. Dan
Iedul Adha jatuh pada Ahad, 11 Agustus 2019.
Namun karena Arab Saudi
menganut metode rukyat bukan hisab, ketetapan awal Dzulhijjah 1440 H menunggu
hasil rukyat tanggal 29 Dzulqa'dah 1440 H nanti. Tapi berdasarkan pengamatan
selama ini, di Arab Saudi dengan kondisi hilal di atas ufuk, biasanya ada yang
mengaku melihat hilal dengan mata telanjang. Walau secara ilmiah seperti
disebut di atas, sebenarnya di Arab Saudi hanya bisa melihat hilal dengan
bantuan alat optik (misal teleskop). Dengan demikian kemungkinan besar secara
rukyat pun Arab Saudi akan menetepkan awal Dzulhijjah 1440 H jatuh pada Jum'at
2 Agustus 2019. Dan Iedul Adha jatuh pada Ahad, 11 Agustus 2019.
INDONESIA (Pemerintah)
Di Indonesia, walau sudah ada
wacana revisi kriteria imkan rukyat MABIMS yang dipakai Pemerintah, asalnya
tinggi hilal 2°, Elongasi 3° atau umur bulan 8 Jam sejak ijtimak menjadi tinggi 3° dan Elongasi 6.4° namun sampai saat ini belum "ketuk palu". Hingga sampai saat
ini, kriteria yang dipakai oleh Pemerintah masih menggunakan kriteria MABIMS
yang lama (2-3-8).
Bila melihat pada kriteria
MABIMS lama ini, maka pada Kamis malam Jumat 1 Agustus 2019 di Indonesia sudah
memenuhi kriteria ini. Hingga secara hisab, awal Dzulhijjah 1440 H di Indonesia
menurut kriteria MABIMS lama, jatuh pada Jum'at 2 Agustus 2019. Dan Iedul Adha jatuh pada Ahad, 11
Agustus 2019.
Namun karena Pemerintah juga
mengakomodasi paham rukyat, keputusan awal Dzulhijjah 1440 H akan di putuskan
pasca rukyat malam jumat 1 Agustus 2019 dalam sidang itsbat.
Berdasarkan pengamatan
selama ini, di Indonesia dengan kondisi hilal di atas ufuk bahkan lebih dari 2°, biasanya ada yang mengaku melihat hilal dengan mata
telanjang. Walau secara ilmiah seperti terlihat pada peta visibilitas hilal
Persis atau Odeh, Indonesia termasuk daerah yang mustahil melihat hilal baik
dengan bantuan alat optik (teleskop) apalagi dengan mata telanjang. Dengan
demikian kemungkinan besar secara rukyat pun Pemerintah Indonesia akan
menetepkan awal Dzulhijjah 1440 H jatuh pada Jum'at 2 Agustus 2019. Dan
Iedul Adha jatuh pada Ahad, 11 Agustus 2019.
PERSATUAN ISLAM (PERSIS)
Di almanak Persatuan Islam
1440 H awal Dzulhijjah 1440 H ditetapkan jatuh pada hari Sabtu, 3 Agustus
2019 dan Idul Adha jatuh pada hari Senin, 12 Agustus 2019. Mengingat diwilayah Indonesia saat maghrib Kamis
malam Jumat, 1 Agustus 2019, beda tinggi Bulan-Matahari masih antara 2° 13’
57’’ s/d 4° 36’ 39’’, dan jarak elongasi Bulan-Matahari masih antara 2° 57’
39’’ s/d 4° 37’ 10’’. Sehingga hilal pada malam jumat secara hisab belum
bisa dilihat (Not Visible/Goer Imkan Rukyat). (Lihat Gambar 1)
Surat Edaran PP. Persis terkait Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha 1440 H |
Namun bila mencermati surat
edaran PP. PERSIS (gambar 3) mengenai Awal Dzulhijjah 1440 H, diberi catatan:
"Apabila saat Maghrib Kamis, 1 Agustus 2019 ada laporan rukyat yang
sah, maka Persatuan Islam akan menetapkan 1 Dzulhijjah 1440 H pada Jumat
2 Agustus 2019 dan Idul Adha 1440 H
bertepatan dengan hari Ahad, 11 Agustus 2019".
Bila mencermati surat edaran
ini, maka 99.9% Idul Adha di Persis akan disamakan dengan Pemerintah
yakni Ahad, 11 Agustus 2019. Mengingat berdasarkan pengamatan selama ini, di
Indonesia dengan kondisi hilal di atas ufuk bahkan lebih dari 2°, biasanya ada yang mengaku melihat hilal dengan
mata telanjang dan akan di sah kan oleh Pemerintah dalam sidang itsbat.
Walau secara ilmiah seperti terlihat pada peta visibilitas hilal Persis atau
Odeh, Indonesia termasuk daerah yang mustahil melihat hilal baik dengan bantuan
alat optik (teleskop) terlebih dengan mata telanjang.
Bagi anggota Persatuan Islam
tentu terikat dengan keputusan PP. Persis. Hingga harus mengikuti keputusan
tersebut.
PERBANDINGAN HILAL DZUL QA'DAH
DENGAN HILAL DZULHIJJAH
Hilal Dzulqa'dah 1440 H
yang terlihat 3 Juli 2019 di Gowa, Makassar (lihat gambar 4), tinggi hilal 6° 35' 49" , Elongasi 7° 18' 21" . Namun ternyata sesuai dengan hisab, hilal
dengan ketinggian dan elongasi seperti disebut hanya bisa dilihat dengan
bantuan teleskop namun tidak bisa dilihat dengan Mata telanjang.
Hilal Dzulqa'dah 1440 H, Gowa-Makassar |
Hilal Dzulhijjah nanti di
Indonesia tinggi hilal maksimal 3° 57' 14" , Elongasi
maksimal 4° 37’ 10’’. Kondisi hilal Dzulhijjah 1440 H lebih rendah dibanding
hilal Dzulqa'dah 1440. Hingga secara astronomis hilal mustahil bisa dilihat
dengan mata telanjang bahkan dengan bantuan teleskop.
Seandainya ada yang berhasil menangkap citra hilal dengan teleskop malam Jumat nanti, itu akan menjadi rekor dunia baru visibilitas hilal yang belum terpecahkan hampir 10 tahun.
Wallahu 'alam bisshawab
No comments